Muhammadiyah & Nahdlatul Ulama dalam Pentas Politik Nasional
Rp 0
Kategori | : | Islam, |
Kelompok Pembaca | : | Dewasa |
Jenis Pustaka | : | Non Fiksi |
Kategori Jenis | : | Non Terjemahan |
Kategori Buku | : | Lepas |
Stok | : | 10 |
ISBN | : | 978-602-6871-68-8 |
Ukuran | : | 25 cm |
Format | : | |
Halaman | : | 174 |
Tahun Terbit | : | 2017 |
Cetakan ke | : | 1 |
Hubungan Muhammadiyah dan NU tidak selalu harmonis, kadang bermesraan dengan mengadakan pengajian bersama yang dihadiri tokoh-tokoh kedua lembaga tersebut, kadang pula “kon?ik" yang melibatkan akar rumput, sehingga terjadi perusakan terhadap Amal Usaha Muhammadiyah oleh “warga" simpatisan NU. Fenomena ini harus di baca dalam konteks sejarah kelahiran dan perkembangan dua lembaga ini dalam perspektif agama dan politik sejak berdiri hingga sekarang. Kalau dipolakan hubungan kedua organisasi besar dan modern ini dapat dibagi dalam tiga pola hubungan, yakni (1) konfrontatif teologis, 1912-1985; (2) harmonis semu, 1986-2000; dan (3) konfrontatif politis, 2000-2001. Muhammadiyah dan NU sama-sama pernah terlibat membidani Iahirnya partai politik. Muhammadiyah terlibat dalam pendirian MIAI, Masyumi, Parmusi dan Sekber Golkar. Pada era reformasi memberikan rekomendasi untuk melakukan "ijtihad politik”, maka Iahirlah PAN (Partai Amanat Nasional). NU juga terlibat dalam pendirian MIAI, Masyumi, Parmusi, PPP, dan pemah menjadi partai politik independent, yakni Partai NU dan menjadi peserta Pemilihan Umum pertama tahun 1955. Pada era reformasi membidani dan memfasilitasi lahirnya PKB (Partai Kebangkitan Bangsa).