Cara Menjadi Relawan Garis Depan di Lokasi Gempa

Ahyar Stone,

Rp 110.000


Kategori : Manajerial, Sosial dan Kemanusiaan,
Kelompok Pembaca : Semua Umur
Jenis Pustaka : Non Fiksi
Kategori Jenis : Non Terjemahan
Kategori Buku : Lepas
Stok : 300
ISBN : xxx-xxx-xxxxx-x-x
Ukuran : 16 X 24 cm
Format : Cetak
Halaman : 153
Tahun Terbit : 2024
Cetakan ke : 1

Sinopsis

Penanggung jawab utama di kejadian bencana adalah pemerintah, karena pemerintah memiliki kemampuan, peralatan, pendanaan dan sebagainya. Meski pemerintah merupakan penanggung jawab utama, tetapi pemerintah tak bisa bekerja sendirian. Masyarakat harus berpartisipasi dalam penanggulangan bencana. Kalau ada kejadian bencana, masyarakat jangan sampai hanya diam. Ini tak boleh. Secara agama, kita harus bergandengan tangan. Bergandengan tangan dalam penanggulangan bencana, merupakan contoh konkrit masyarakat yang ideal. Masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang mengambil bagian dalam persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat itu sendiri. Agar masyarakat menjadi ideal, ada tiga kunci yang harus menjadi pegangan hidup bermasyarakat. Pertama, hidup dalam keberagaman. Kedua, hidup dalam kebersamaan. Ketiga, hidup dalam kepedulian. Kita hidup dalam keberagaman karena tiap orang pada dasarnya berbeda. Kelompok yang satu dengan kelompok yang lain juga berbeda. Kendati kita berbeda dengan yang lain, kita masih butuh bantuan orang lain dan tetap perlu peduli pada orang lain. Kita tak bisa hidup sendiri. Sebagai misal, ketika lahir kita perlu pertolongan orang lain. Bahkan saat meninggal dunia, kita butuh digotong orang lain. Dikarenakan manusia pada dasarnya tak bisa hidup sendirian, maka kita harus menyadari bahwa kita pribadi ini setidaknya separuh harus untuk sesama. Kita tak boleh hidup hanya untuk diri sendiri dan keluarga. Relawan yang terjun ke lokasi bencana, tidak lagi 50 persen hidupnya untuk orang lain. Pasti lebih dari itu. Bisa saja sampai 70 persen. Sisanya untuk dia dan keluarganya. Relawan adalah mujahid kemanusiaan. Mereka merupakan pejuang yang berjihad untuk menolong orang lain. Baik menolong orang dalam kesengsaraan, dalam kesulitan yang sangat amat, termasuk menolong korban jiwa yang meninggal. Nilai-nilai kemanusiaan dalam Islam sangat dijunjung tinggi. Dalam Islam menyelamatkan jiwa satu orang saja sudah merupakan sesuatu yang bernilai sangat-sangat tinggi. Apalagi jika jumlahnya cukup banyak. Meski berjihad, relawan yang terjun ke lokasi bencana wajib membekali dirinya dengan pengetahuan dan keterampilan (skill). Terjun ke lokasi bencana tanpa memiliki bekal memadai justru merupakan tindakan yang tidak terpuji, Kalau relawan terjun ke lokasi bencana tanpa memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan, hal ini dapat mencelakakan dirinya. Maka yang diperoleh bukan pahala, tetapi malah bisa sebaliknya. Relawan juga perlu senantiasa meningkatkan kualitas dirinya. Oleh karena itulah pembekalan atau pelatihan kerelawanan, tak bisa hanya dalam kelas yang materinya diperagakan melalui tayangan di monitor. Tetapi harus dibarengi praktek di lapangan. Dengan adanya praktek di lapangan itulah pelatihan kerelawanan menjadi sempurna. Mengajak orang lain menjadi relawan merupakan ajakan yang baik. Tetapi urutannya dimulai dari diri sendiri, barulah kemudian mengajak orang lain. Tidak boleh mengajak orang lain melakukan sesuatu yang kamu sendiri tidak melakukannya. Diterangkan dalam Al Qur’an Surat Ash Saff ayat 2-3, “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Sangat besarlah kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan”. Di tengah masyarakat, ada orang-orang yang ingin menjadi relawan. Hanya saja mereka belum tahu caranya. Bila mereka diberi tahu caranya dan diberi kesempatan, mereka pasti dengan senang hati bergabung menjadi relawan. Buku ini menjadi media, memberikan informasi yang cukup tentang berbaga hal kerelawanan. Juga memberikan jalan kepada mereka yang tertarik dan berkeinginan untuk bersama-sama mengatasi penderitaan orang lain.